28/05/2010

Untuk Sahabat yang Semangatnya Tak Akan Pernah Habis

Never complain when you had a trouble, no matter how much the problem is.

But I do, I often. Just don"t do that anymore. It won't change or solving the problem.

It inspired by a friend. She wears a hijab, she is a clever girl, she joins an organisation named PASUS and Nihongo Kurabu. I don't intend to show her disgrace but this is a real story about her spirit, about how could she smiles with a thousand problems hang on her head, about how could she never complain about anything in this world.

Jurusan kita mau ngadain acara Panasonic Award kecil-kecilan, called Broadcast Reward. Just like another Award, we got to wear a formal clothes. This story starts when I asked her, Broadcast Reward jadi kan? She answered that she doesn't have a dress yet. I frowned, itu udah H-2 sebelum acara dan dia belum dapet dress. Well however I try my best to search everything she needed for BR. She thanked and said that kalian gak perlu repot-repot. Aku bilang pokoknya Barbara harus ikut semua. Dia diem. My mom was ill, she said. Tapi biasanya kalau anak remaja perempuan lain pasti mengeluh kalau dapet cobaan seperti itu, tapi ngga buat di, dia senyum. Mungkin hal ini bukan hal yang sangat berat buat anak remaja yang punya rezeki banyak, yang punya orang tua yang lengkap dan kakak-kakak yang bisa membantu. Mungkin ngga berat buat anak remaja yang punya saudara dekat dari rumah.

Tapi tau ngga, anak perempuan itu baru ditinggal bapaknya tiga tahun yang lalu. Yes, she has two borther and sister. Tapi kakak pertamanya udah meninggal dan kakaknya yang satu lagi tinggal di luar negeri. Jadi yang tersisa di rumah berpetaknya itu tinggal ibunya, dan dia sendiri.

Kemarin dia gak masuk. Alasannya karena lagi jagain ibunya di rumah sakit. Sms-smsnya sama sekali gak ada kata mengeluh. She even had time to insert a smile on her sms. She told us that she won't come to the Broadcast Reward. Kita akhirnya patungan untuk dia biar mamanya cepat sembuh. Kita sms terus dia ada dimana, ternyata dia lagi pergi ke Bandung untuk ngurusin surat-surat kesehatan ibunya. Bayangin, anak remaja yang lagi masa-masanya seneng-seneng dan cari ilmu buat ke sekolah, harus ngurusin surat-surat ibunya sampai ke Bandung segala. Itupun sendirian.

Dua dari kita akhirnya pergi ke Rumah Sakit tempat ibunya dirawat inap. Once fitted when she just returned from Bandung. It was 1 o'clock in the afternoon. She, as always, gave her wide smile to Ratna and Lauvrien, and said that they don't actually to do this.

Mereka masuk ke kamar rumah sakit, walaupun itu sebenarnya belum jam besuk.

Ibunya tertidur di atas kasur. Kurus. Kayak cuman tulang yang dibungkus kulit. Bahkan katanya waktu ibunya mau diambil darah, prosesnya susah banget karena saking kurusnya. Jarum infusnya udah nggak ada di tangan ibunya. Dia yang ngeliat itu langsung seneng bukan main, "Wah jarum infusnya udah ngga ada! Berarti ibu boleh pulang besok! Asik!"

Akhirnya Ratna dan Lauvrien ngobrol sama dia. Mereka ngsihin dua bungkus ayam bakar ke dia, yang lagi-lagi ditolak karena ngerepotin. Dipaksa, akhirnya mau. Nggak sengaja tangan santi nyenggol tangan ibunya, dan ibunya bangun.

Ibunya bangun lalu cerita bahwa jarumnya udah ngga ada itu karena tadi susternya nyabut jarum itu pukul 11 dan sampai sekarang, pukul 2 siang, jarumnya belum juga dipasang lagi. Karena apa? Bukan karena ibunya udah sembuh dan boleh pulang besok, tapi karena jarumnya harus ditebus.

Dia langsung berdiri, kebingungan, terus keluar kamar. Setelah lama, dia balik lagi bawa jarum ditangannya yang langusng dipasangin ke tangan ibunya. Bukan, itu bukan jarum yang ia tebus di rumah sakit. Jarum itu dia beli sendiri di luar. Barusan.

Mereka tanya, kenapa sodaranya nggak bantu. Dia jawab, mereka udah bantu banyak hal, gak enak kalau sekarang ngerepotin mereka lagi. Senyum.

"Lauvrien, liat deh tadinya aku udah mau siap-siap ke sekolah, tuh liat aku bawa tas," dia nunjuk ke tas item besarnya yang isinya lengkap sama buku pelajaran hari itu, dia ketawa. Bahkan waktu itu Dodo pernah lihat dia lagi naik angkot dan makan pop mie di angkot gara-gara semaleman ngejagain ibunya di rumah sakit.

Akhirnya mereka mutusin buat balik lagi ke sekolah, karena kalau kelamaan malah ngeganggu. Lauvrien ngasihin uang yang udah kita kumpulin. Nolak. Paksa. Mereka Keluar.

Pernah kebayang ngga, seorang anak perempuan 15 tahun yang ibunya udah tua renta lagi sakit dan gak punya biaya, sedangkan dia yang harus nyari uang sendiri dan berusaha ngurusin semuanya biar ibunya sembuh masih bisa senyum setiap hari dan tertawa walaupun setumpuk masalah dia yang tanggung sendiri.

Jujur, kalau saya pribadi, saya malu sama diri saya sendiri.

Sahabat, kamu tetap menjadi anggota di keluarga kita, keluarga Barbara. Kita bakal selalu ada di sisi kamu, seberat apapun masalah yang kamu hadapi. Terus semangat ya, Gokudera Hayato! Semoga ibumu lekas sembuh, biar kamu bisa gabung lagi sama kita di kelas :)


*Gokudera Hayato: dia suka anime jadi facebooknya dia namain itu hihi

No comments: